Kretek memang berbeda dengan jenis rokok lainnya. Disamping hanya menggunakan tembakau, kretek juga menggunakan dua unsur tambahan yang unik yakni cengkih dan saus. Perpaduan di antara unsur-unsur tersebut telah sukses memberikan makna baru bagi rokok khas Indonesia. Kini, kretek telah menjadi nama generik bagi semua jenis rokok yang beredar di Indonesia. Bahkan, sebagian besar orang tidak lagi mengetahui apa bedanya antara ”rokok” dan ”rokok kretek”. Masyarakat cenderung memandang keduanya identik; ketika membelinya di warung, seseorang tidak akan mengatakan bahwa ia membeli rokok kretek, namun cukup hanya rokok.
Namun jika ditanya rasanya, barulah konsumen memahami perbedaan di antara keduanya. Misalnya, antaraMarlboro dan Dji Sam Soe. Mungkin hanya dibutuhkan satu hisapan untuk dapat mendefinsikan karakter rasa kedua merek tersebut, meskipun tetap sulit untuk mengungkapkannya dengan kata-kata.
Sejak
pertama ditemukan di Kudus sekitar 200 tahun yang lalu, kretek kini telah
berkembang menjadi sebuah entitas industri besar yang melayani tidak hanya
konsumen lokal namun juga pasar luar negeri. Dibandingkan dengan komoditas
lokal lain, seperti batik dan jamu, kretek adalah yang terdepan dalam hal skala
industri dan kapitalisasi. Sejumlah perusahaan kretek besar yang tumbuh di
Indonesia tercatat memiliki kontribusi signifikan bagi pendapatan negara. Sejak
mulai marak berdiri awal abad 20, perusahaan-perusahaan kretek tersebut sudah
memiliki peran besar dalam perjalanan negara terutama dalam hal penciptaan
lapangan kerja. Terlebih, industri kretek memiliki basis bahan baku dan pasar
di dalam negeri sehingga ia sedikit banyak merepresentasi keunggulan kompetitif
negara dihadapan produk-produk impor sejenis.
Sekarang
rokok menjadi pemandangan umum di ruang publik. Tidak perlu susah mencari untuk
dapat menemukan adanya perokok kretek di sekitar Anda. Apakah itu di kantin
ketika makan siang, di break room ketika suntuk dengan
pekerjaan, atau di halte ketika sedang menunggu bus, asap putih dengan aroma
khas nampak selalu hadir menyatu dengan udara. Kretek memang khas, ia ada di
jari semua perokok, tapi kapan sebenarnya rokok jenis ini mulai ada di
Indonesia? Seperti apa perjalanannya hingga bisa menjadi industri besar
layaknya sekarang?
Untuk
menjawabnya kita harus melihat lebih jauh ke belakang yakni ke era di mana
rokok kali pertama ditemukan di Indonesia dan seperti apa evolusinya hingga
akhirnya menjadi rokok kretek. Di bagian akhir tulisan, kita akan menemukan
bahwa rokok—seperti juga teh dan jamu—bisa berkembang menjadi sebuah
industri besar disebabkan akar kulturalnya yang dalam di masyarakat.
Mengenai kisah rokok Agus Salim ini bisa dilihat di Mark Hanusz, Kretek; Cultural and Heritage of Indonesia’s Clove Cigarettes, p.3.Tulisan diambil dari buku “4G Marketing:90 Year Journey of Creating Everlasting Brands” Diterbitkan oleh MarkPlus Publishing, Tahun 2005. Sumber: The Marketeers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar